Aku terus mengengkol sepedaku dengan kencang. 10 menit lagi pukul 7. Jika aku tak mengengkol sepedaku dengan laju, maka aku akan terlambat. Waktu yang ditempuh dari tempatku saat ke sekolah memakan waktu 15 menit. 10 menit lagi bel masuk berbunyi.
Keadaan di jalan raya sangat padat. Lalu lalang kendaraan tak henti-hentinya. Beragam macam karakter orang yang berlalu lalang. Akhirnya, aku tiba di perempatan jalan.
“Mampus aku. Lampu merah pula. Gawat waktuku terbuang.” Aku semakin kesal.
Di pinggir jalan kulihat seorang kakek tua ditodong oleh 2 orang perampok. Mereka yang berlalu lalang di sekitar kejadian pura-pura tak melihat. Aku ingin menolong kakek itu, tetapi…… lampu hijau tiba-tiba menyala.
Aku segera memacu sepedaku lebih laju lagi. Kuurungkan niatku menolong. Aku takut dihukum guru karena terlambat. Entah bagaimana nasib si kakek. Aku mencoba melupakannya. Anggap saja aku tak melihat kejadian itu.
Aku tiba di sekolah tepat pukul 7. Untunglah tak terlambat. Luar biasa….aku mampu memacu sepedaku dengan kencang.
“Robert, cepat berlari! Gerbang akan segera ditutup. “Teriak satpam.
Aku berlari ngos-ngosan. Setiba di kelas, aku bernapas lega karean guru jam pertama belum masuk ke kelas.
Teng…teng…teng…
Bel istirahat berbunyi. Kulihat Mona menenteng tasnya sambil menangis. Aku menghampirinya.
“Mau kemana, Mon?” tanyaku penasaran. Mona ini sahabat karibku sejak TK. Kami berteman sangat akrab.
“Aku dijemput papaku, Bert. Kata papa kakekku masuk RS Antonius karena kepalanya terbentur di aspal. Pagi tadi kakek diserang 2 orang perampok. Kakek memberontak, sehingga terjadi tarik menarik. Kakek akhirnya terjatuh dan terhempas di aspal.
Sejenak aku terdiam. Apa mungkin kakek tadi adalah kakek Mona?
“Di mana kejadiannya?” tanyaku untuk memastikan.
“Di perempatan jalan sekitar jam 7 kurang.”
Aku tertunduk lesu. Ternyata, aku seorang pengecut.
“Kakek itu, kakek sahabatku Mona. Maafkan aku Mona.”
Jumat, 01 April 2011
Pesan Singkat (Memo)
"Hallo...sobat-sobatku, aku punya cerita mengenai Pesan singkat (memo/memorandum) mau tau...?" sapa monitor.
"Boleh...boleh...boleh, deh." pembaca asal nyaut.
"Sobat, aku punya kisah tentang pesan singkat."
"Boleh...boleh...boleh, deh." pembaca asal nyaut.
"Sobat, aku punya kisah tentang pesan singkat."
***
Alkisah di dunia cetak, hiduplah sekertas pesan singkat. Ia sangat baik hati dan suka menolong. Rajin bekerja dan ulet. Orang-orang biasa menggunakan pesan singkat untuk menyampaikan saran, arahan, dan penjelasan secara singkat kepada orang lain. Pesan singkat merupakan pesan yang ditulis oleh seseorang kepada orang lain secara singkat. Pesan singkat punya sahabat yang bernama pesan singkat resmi dan pesan singkat tak resmi.
"Namaku Pesan Singkat Resmi. Aku bekerja di suatu intasnsi resmi. Oleh karena itu, penampilanku selalu formal. Aku biasa digunakan oleh seseorang yang jabatan/kedudukannya lebih tinggi kepada bawahannya dalam suatu instansi." Sapa si Resmi ramah dengan serius dan penuh wibawa.
"Hai..hai...nama gue Pesan Singkat Tak Resmi. Aku orangnya santai. Aku bersifat pribadi. Teman-teman sering menggunakanku untuk menulis pesan singkat yang ditulis secara pribadi kepada orang lain." sapa si tak resmi dengan santai. Senyumnya amaaaaaat manis.
Begitulah perkenalan singkat dari si resmi dan tak resmi.
Pesan singkat resmi:
1 April 2011
Dari : Rini
Untuk: Cintya
Pesan: Cin, sebaiknya kamu segera mengumpulkan tugas Bahasa Indonesia tiga hari yang lalu karena bu Agustin masih memberimu kesempatan. Kalau sudah sembuh segera ke sekolah,ya.
salam
Rini
Pesan singkat tidak resmi:
SMP KATOLIK SANTU PETRUS
Jl. K.S. Tubun no.3 Pontianak
1 April 2011
Kepada : Ketua Osis
Dari : Pembina Osis
Hal : perintah melatih anggota OSIS yang baru
Harap segera melatih melatih anggota OSIS yang baru sebagai petugas upacara bendera.
Tertanda
Agustin Flaviyana, S.Pd.
Langganan:
Postingan (Atom)