"Ra, masih lama, ya?" suara Cindy terdengar lemah di HP-ku.
"Tunggu, bentar lagi, Cin! Dosennya belum keluar. Gila... pak tua ini masih asyik ngoceh padahal udah bel pulang." sahutku berbisik.
"Aku buru-buru, Ra. Mau cari buku di toko buku Gradenia."
"Ya, udah kamu pergi aja dulu sendiri. Kamu cari buku yang mau kamu beli. Ntar, aku nyusul, deh. Setelah itu, kita ke Mega Mall beli tiket film "Ghost or Angel."
"Oke, aku tungggu di toko buku Gradenia. Jangan lama-lama ya, Ra!"
"Oke."
Kasian Cindy. sudah satu jam ia menungguku di taman Kampus. Mata kuliahku hari ini 4 SKS, makanya lama. Bosan. Tapi, lebih membosankan jika aku harus menemani Cindy ke toko buku. Perutku mual jika melihat banyak buku.
"Kita akhiri sampai di sini. Jangan lupa tugas karya ilmiahnya." kalimat terakhir Pak Anwar, Dosen Kritik Sastra membuatku loyo. Tugas lagi, malas aku. Jika tugasnya disuruh buat cerpen satu buku, pasti aku orang pertama yang kumpul sebelum waktu.
Aku melangkah menuju toilet.
Tiba-tiba....
"Ra.... Ra... mobilmu di bawa kabur orang tak dikenal." Dion ngos-ngosan berlari ke arahku.
"APA?!!!" aku segera berlari menuju tempat parkir mobil. Seperti di kejar anjing. Jantungku berdetak kencang.
"Itu kan mobil papa. Mampus aku....!" akhirnya, aku tiba di tempat parkir mobil.
"Mat April Mop." terdengar teriakan kompak. Mereka menertawakanku. Kulihat tawa puas di wajah Dion yang pernah aku kerjain April Mop taun lalu.
Aku tertunduk lemas.
Tit...tulilit...tit...tit...tulilit...
Buru-buru segera kusambut panggilan cindy.
"Halo, Cin!"
"Ra, lama banget, sih?"
"Oya, masih di toko buku Gradenia, ya?"
"Iya, aku lapar, Ra. kamu cepat datang, ya. Aku udah selesai beli buku." suara Cindy lemas.
"Yo,i...Wait me, say!" Sahutku so jago english.
tut.....tut....tut... sambungan terputus.
"O, iya... kan April map. Aku mau ngerjain Cindy, deh. Balasan taun lalu."
Aku menyetir mobilku. Bukan menuju toko Gradenia, tetapi menuju rumahku. Aku berencana ngerjain Cindy. Aku sengaja membuat ia menunggu lama. Ketika ia menelpon aku akan mengucapkan salam April map padanya. Ia pasti ngamuk.
Aku tiba di rumah. Kurebahkan tubuhku di ranjang. Aku terlelap.
tulilit.....tililit...tit....tut....tit... ponselku berdering.
Aku kaget. Panggilan dari Cindy.
"Hali, Cin....Ha...ha...ha...ha..." Aku melepas tawaku.
"Halo, Ra....tolongin aku Ra.... Aku terjebak di dalam lift. Tadi tiba-tiba saja ada ledakan bom. Kami masuk ke lift untuk turun ke lantai dasar. Aku.......aku....ta....."
Suara Cindy tak jelas lagi. Kini terdengar suara ledakan dan teriakan ketakutan. Aku merinding. Panik.
"Halo...Cin.... Cindy.... kau dengar aku, kan?" aku panik bukan main.
"Ra....sakit..."
Tit....tit...tit sambungan terputus.
"Halo....halo...halo, Cin...!"
Aku segera menyetir mobilku menuju toko buku Gradenia. Sebelumnya aku sempat menelpon orang tua Cindy.
Tubuhku seakan mati. Lidahku kelu ketika melihat bangunan itu sudah menjadi puing-puing bara api. Hancur berantakan bersatu dengan tanah. Aku berlari sambil menyeret tangis menghampiri korban-korban yang dievakuasi. Aku berharap menemukan Ciny yang masih bernyawa. Kulihat banya tubuh tanpa nyawa dan rupa lagi. Terdengar jerit tangis korban yang wajahnya tak lagi dapat dikenali.
Aku tersungkur kelu melihat sosok tanpa rupa terbaring kaku. Di bagian pinggang sampai ujung kaki masih dapat dikenali, namun wajah dan tubuhnya hangus terbakar. Aku tau, ini Cindy. Perih rasanya hatiku melihat gelang di kaki korban yang sama dengan gelang yang kupakai di pergelangan kakiku.
"Maafkan aku, Cin. Seandainya aku tak membiarkanmu amenunggu lama. Seandainya waktu dapat kuulang."
Hatiku semakin hancur melihat jerit tangis Mama Cindy ketika melihat rupa tragis anak satu-satunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar